MASALAH PERNIKAHAN

Perkawinan merupakan suatu ikatan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang telah mencapai usia dewasa atau dianggap dewasa dalam suatu ikatan yang sakral. Dianggap sakral karena dalam perkawinan hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi sah secara agama. Menikah merupakan titik awal kehidupan berkeluarga dan tujuan yang ditetapkan dalam pernikahan akan berdampak pada kehidupan pernikahan secara keseluruhan. 

Sebuah pernikahan tidak akan lepas dari tujuan untuk menjadi sebuah keluarga yang bahagia dan mendapatkan keturunan didalamnya. Tak sedikit dari Kita yang selalu ingin segera mendapatkan momongan dari pernikahannya. Namun, kehadiran anak belum tentu menjadi penentu bahagianya pernikahan Kita.

Melihat fakta selama ini, banyak pasangan suami istri yang mempunyai ekspektasi berbeda-beda dalam pernikahannya, dimana kondisi seperti ini juga dipengaruhi oleh cara mereka beradaptasi dengan pasangannya, apalagi jika usia pernikahan masih beberapa bulan lagi. Bahkan dari Kita yang sudah terhitung bertahun-tahun, banyak juga yang mengalami kendala dalam beradaptasi, perlahan-lahan akan beradaptasi dengan polanya masing-masing.

Permasalahan yang sering muncul dalam sebuah pernikahan, antara lain :

1. Perbedaan pendapat antara orang tua dan anak.
Hal ini berkaitan dengan bagaimana pasangan dapat memposisikan diri dalam mengambil keputusan. Tidak jarang suatu pasangan banyak mempunyai perbedaan pendapat dengan orang tuanya sehingga kondisi tersebut secara tidak langsung berdampak pada hubungan pasangan tersebut. Dengan kondisi seperti ini membuat suasana dalam rumah menjadi kurang hangat.

2. Masalah keuangan.
Masalah keuangan juga bisa memicu masalah keluarga. Perbedaan pendapatan yang dihasilkan suami dan istri memicu permasalahan keuangan dalam keluarga. Selain itu, masalah pengaturan keuangan juga bisa menjadi pemicu masalah keluarga. Perbedaan cara mengelola uang dan permasalahan kebutuhan yang tertutup, tak jarang memicu perselisihan dalam keluarga. Namun perlu adanya keterbukaan dan kesepakatan dalam pengelolaan keuangan agar keduanya saling mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi tuntutan ekonomi atau keuangan dalam rumah tangganya.

3. Kurangnya rasa percaya atau hormat pada pasangan.
Menghargai pasangan bukan berarti berhenti menghargai pendapat satu sama lain. Menghargai pasangan juga berarti menjaga privasi satu sama lain dan memberikan ruang bagi pasangan untuk melakukan aktivitas atau hobi favoritnya. Masing-masing tetap harus memahami perannya dalam rumah tangga, dan tetap bisa mendapatkan haknya.

4. Perbedaan pola pengasuhan anak.
Mengasuh dan memberikan pendidikan pada anak tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Sebab, sebagai individu kita pasti mempunyai pandangan dan rencana bagaimana cara mendidik anak yang baik sesuai kemauan kita. Sebagai orang tua, sebaiknya Kita bisa memberikan pola asuh yang konsisten antara keduanya, karena akan mempengaruhi tumbuh kembang anak kelak.

5. Kekerasan dalam rumah tangga.
Tentu saja Kita tidak akan merasa nyaman jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga dalam pernikahan Kita. Namun hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang pada fase selanjutnya, karena dapat menimbulkan trauma. Padahal, kondisi ini akan sangat berpengaruh pada pola asuh orang tua yang kurang tepat dan bisa menumbuhkan seseorang untuk melakukan kekerasan ketika sudah menikah.

6. Belum mempunyai anak.
Anak merupakan anugerah sekaligus anugerah dalam sebuah pernikahan. Memiliki buah hati merupakan dambaan hampir setiap pasangan suami istri. Permasalahan akan semakin kompleks ketika suami istri sudah lama menikah dan belum juga dikaruniai anak. Biasanya suami istri akan saling menyalahkan dan merasa melakukan hal yang benar, sehingga permasalahan memiliki anak juga kerap menjadi penyebab permasalahan dalam sebuah keluarga.

7. Intervensi mertua.
Memiliki orang tua selain pasangan terkadang tidak semudah mengurus orang tua kandung. Sebab, orang tua pasangan Kita cenderung menaruh banyak harapan pada Kita, baik dari segi bagaimana Kita membahagiakan pasangan Kita yang bisa berupa materi, perhatian, bahkan hingga masalah anak maupun cara Kita mengatur rumah tangga. luput dari perhatian mertua. Terkadang, mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya mempunyai tujuan agar anaknya mempunyai kehidupan yang layak, padahal terkadang hal tersebut justru membuat anaknya kurang nyaman.

8. Komunikasi.
Kesibukan satu sama lain menyebabkan Kita dan pasangan jarang berkomunikasi. Tak jarang, komunikasi juga bisa menjadi penyebab pertengkaran dalam keluarga. Perlu adanya kesepakatan ketika ada waktu tersendiri untuk bisa membicarakan hal-hal yang memang perlu dibicarakan antar pasangan. Kita masing-masing harus lebih bijak dalam mengendalikan ego atau emosi ketika membicarakan konflik yang ada, agar komunikasi benar-benar bisa lebih efektif.

Permasalahan dalam pernikahan bukan lagi hal yang patut disimpan dan ditutup-tutupi, karena segala sesuatunya perlu diselesaikan dengan bijak. Keterbukaan, penerimaan terhadap pasangan sangatlah penting dan menjadi kunci tercapainya tujuan bersama didalamnya. Oleh karena itu, jangan pernah menganggap remeh suatu masalah, karena bisa jadi dampak yang muncul juga semakin besar. Perjalanan hidup seseorang butuh proses, dan sejauh mana pun setiap orang bisa belajar menentukan sikap terbaik untuk pernikahannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIDAK IKUT-IKUTAN MERAYAKAN PERINGATAN PERGANTIAN TAHUN BARU!

5 PESAN YANG BISA MEMBUAT KITA BERSYUKUR KARENA BELUM DIBERI KETURUNAN

Peristiwa Apa Saja yang Terjadi pada Tanggal 10 Muharram?