Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

TAMU

TAMU Jangan biasakan menutup pintu dengan tujuan biar tidak ada tamu. Apalagi menutup jalan memasang portal. Ada seorang perempuan mengeluh kepada Rasulullah SAW karena perilaku suaminya. Suaminya selalu mengundang orang-orang datang ke rumahnya dan menjamunya sehingga tamu-tamu tersebut menyebabkan sang istri menjadi repot dan merasa kelelahan. Namun ia tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rasulullah SAW tentang hal itu. Setelah beberapa waktu. Rasulullah SAW pergi ke rumah suami-istri tersebut, Rasulullah SAW berkata kepada sang suami, "Sesungguhnya aku adalah tamu di rumahmu hari ini." Betapa bahagianya sang suami demi mendengar ucapan Rasulullah SAW tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya untuk mengabarkan bahwa tamu hari ini adalah Rasulullah SAW. Si istri pun merasa bahagia karena kabar tersebut, dia pun segera memasak makanan yang lezat dan nikmat.  Dia melakukan hal tersebut dengan penuh rasa bahagia di dalam hatinya. Ketika Rasulullah SAW akan pergi dari rum

KEBAIKAN DAN KEBURUKAN SEKECIL APA PUN DIBALAS ALLAH SWT

Kebaikan dan Keburukan Sekecil Apa Pun Dibalas Allah SWT Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Az-Zalzalah, ayat 7 dan 8 sebagai :  فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ Artinya : "Barangsiapa berbuat kebaikan sebesar zaroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sebasar zaroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula." Zaroh adalah bagian terkecil dari sesuatu, yang di dalam Ilmu Fisika disebut atom. Allah SWT menegaskan bahwa tak satu pun perbuatan manusia, meski sekecil atom, lepas dari perhatian dan pengawasan Allah SWT. Perbuatan baik, betapapun kecilnya, pasti akan mendapat balasan. Demikian juga perbuatan jelek pasti akan mendapat balasan. Balasan bisa diterima di dunia ini, dan bisa pula di akhirat kelak. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada balasan yang tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dar

SOSMEDMU, SURGA DAN NERAKAMU

Sosmedmu, Surga dan Nerakamu Di zaman ini, kehidupan manusia hampir tidak pernah lepas dari sosial media (sosmed). Hidup tanpa sosmed di dunia yang cangggih ini bagaikan makan sayur tanpa garam. Keakraban dengan sosmed inilah yang mendorong seseorang selalu memperbaharui status di akun yang mereka punya, untuk setiap keadaan dan peristiwa yang dialami, dibagikannya pada orang seluruh dunia melalui sosmed. Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa ketenaran sosmed di zaman kita ini telah di kabarkan oleh hamba Allah yang paling benar ucapannya, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengabarkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, bahwasanya diantara tanda-tanda dekatnya kiamat adalah dzuhurul qalam (tersebarnya pena/tulisan). Ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pena tersebut adalah tersebarnya tulisan-tulisan di media komunikasi (sosmed) secara masif. Mari renungkan! Perkataan Rasul sekitar 15 abad yang lalu telah terbukti, dimana sosmed kini menjamur dan menghabitat pada

HATI-HATI ISTIDRAJ, JEBAKAN KENIKMATAN YANG MEMBINASAKAN

Hati-hati Istidraj, Jebakan Kenikmatan yang Membinasakan Layaknya orang tua yang memanjakan anaknya, Allah pun kerap memanjakan hamba-Nya, inilah yang dinamakan istidraj. Istidraj adalah pemanjaan agar lebih terjerumus kepada kehinaan. Mereka mengira, melalui berbagai kenikmatan Allah sedang memberikan kemuliaan padahal Allah sedang menghinakan perlahan-lahan dan bahkan membinasakan. Mereka selalu berbuat maksiat dan tidak beribadah namun Allah berikan kemewahan dunia. Allah memberikan harta yang berlimpah padahal mereka tidak pernah bersedekah. Allah karuniakan rezeki berlipat-lipat padahal jarang shalat, tidak senang pada nasihat ulama, dan terus berbuat maksiat. Hidup dikagumi, dihormati, padahal akhlaknya bejat; diikuti, diteladani dan diidolakan, padahal bangga mengumbar aurat dalam berpakaian. Sangat jarang diuji sakit padahal dosa-dosa menggunung; tidak pernah diberikan musibah padahal gaya hidupnya jumawa, meremehkan sesama, angkuh, dan bedebah. Allah berikan anak-anak sehat da

DUA MACAM KESALAHAN MEMBACA AL-QUR'AN TANPA TAJWID

Dua Macam Kesalahan Membaca Al-Qur’an tanpa Tajwid 1. Lahn Jali (اَللَّحْنُ الْجَلِيُّ), yaitu kesalahan yang nyata pada lafazh, sehingga kesalahan tersebut dapat diketahui oleh para ulama dan orang kebanyakan. Lahn Jali ada yang dapat mengubah makna dan ada pula yang tidak. Lahn Jali yang mengubah makna ialah : a. Bergantinya suatu harakat menjadi harakat lain (اِبْدَالُ حَرَكَةٍ بِحَرَكَةٍ). Contohnya lafazh : … صِرَاطَ الَّزِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِم “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka…” (Q.S (1) Al-Fatihah : 7) Bila lafazh  اَنْعَمْتَ dibaca اَنْعَمْتُ , maka dlamir-nya berubah menjadi اَنَا (aku), sehingga artinya menjadi : (yaitu) jalan orang-orang yang telah aku anugerahkan nikmat kepada mereka… Atau bila dibaca اَنْعَمْتِ , maka dlamir-nya berubah menjadi اَنْتِ (kamu perempuan). Padahal makna yang dimaksud adalah “Engkau”, yaitu Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, yang dalam lafazh di atas menyadang dlamir اَنْتَ. b. Bergantiny

Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim dan Orang Majusi

Manusia adalah makhluk pembelajar. Nalarnya di desain untuk bisa menyerap pelajaran apa saja dari berbagai peristiwa, pengalaman hidup, dan sejarah. Sebagaimana dari kisah Nabi Ibrahim a.s. Suatu ketika seorang Majusi (penyembah api) meminta jamuan makanan kepada Nabi Ibrahim sang khalilullah, kekasih Allah. Nabi Ibrahim lalu mengajukan syarat kepada sang Majusi bahwa ia harus memeluk agama Islam. Orang Majusi itu pun lantas pergi meninggalkan Nabi Ibrahim dengan tangan hampa. Allah pun menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim : “Selama 50 tahun Aku (Allah) memberinya makan dalam kondisi tetap dalam kekafirannya. Tidak sudikah kau memberinya sesuap makanan saja tanpa menuntutnya berpindah agama?” Nabi Ibrahim lalu pergi mengejar si Majusi. Ia ikuti jejaknya hingga saat ketemu Nabi Ibrahim tanpa rasa sungkan meminta ma'af kepadanya. Orang Majusi itu pun heran, apa gerangan yang membuat Nabi Ibrahim berubah pikiran, bahkan rela meminta ma'af. Sang khalilullah menceritakan kejadian ta